From: "Subkhan, Asman Wilpos VII" <.....@posindonesia.co.id>
Date: Fri, 30 Nov 2007 10:15:35 +0700
Subject: Re: [LelangPrangko] PROTES: PAMERAN FILATELI DI BANDUNG 21-25OKT

Mbak Yessy and all,

Filatelis adalah kastemer PT Pos dalam bisnis filateli. Bagaimana perfilatelian Indonesia ke depan ditentukan oleh Filatelis. Jadi menurut saya, sah-sah saja Filatelis mengajukan protes bahkan bikin petisi, jika ada ketidak puasan filatelis terhadap PT Pos. Itu pertanda filatelis masih care terhadap aktifitas yang satu ini.

Mengenai petisi, saya teringat beberapa tahun yang lalu pak Richard mengajukan petisi yang ditujukan kepada Menteri, Dirut PT Pos bahkan sampai ke dewan legislatif dan redaktur media massa penerbitan nasional. Saya juga membuat konsep tanggapan PT Pos yang ditandatangani oleh Dirut dan dialamatkan kepada pak Richard selaku penggagas petisi bahkan sudah di-publish di forum milis ini.

Banyak yang tidak menyadari, ternyata petisi tsb membawa berkah tersembunyi, blessing in disguise. Dengan adanya petisi tersebut, Bapak Menteri menjadi mengetahui dan memahami betapa pentingnya filateli sbagai salah satu wahana untuk membentuk karakter bangsa khususnya generasi muda. Sebelumnya, barangkali beliau tidak tahu apa itu filateli.

Petisi pak Richard punya andil besar dalam hal ini. Saat itu Ditjen Postel dan PT Pos sangat positif dan proaktif menanggapi petisi , antara lain dengan memanggil Mas Tono (kalau nggak salah filatelis dari semarang) sebagai salah satu inspirator petisi, dan saya pada waktu itu mewakili PT Pos memberikan klarifikasi permasalahan kepada Ditjen Postel.

Saya yakin dari pihak Ditjen Postel (pak Kendro dkk) yang langsung menangani masalah perfilatelian dan perprangkoan di Indonesia sudah berusaha memberikan masukan kepada bapak Menteri agar pemerintah lebih aktif membina filateli, namun dengan dorongan dari elemen masyarakat berupa petisi, masukan, saran atau protes sekalipun semoga semakin memperkuat perhatian pemerintah kepada filateli.

Kembali ke laptop eh ke masalah distribusi carik kenangan. Saya sendiri bingung mau bilang apa. Sepertinya logika bisnis disini tidak berlaku. Bagi PT Pos, kalau benar-benar ingin berbisnis, kalau mau untung besar seharusnya mencetak carik kenangan dalam jumlah kolosal. Karena dalam sisi biaya produksi, cost yang dikeluarkan akan lebih efisien jika dicetak dalam jumlah banyak daripada sedikit. Tapi ketika PT Pos ingin mencetak dalam jumlah lebih banyak agar supaya filatelis-filatelis di daerah kebagian ternyata banyak resistensi disana-sini.

Masih ingat di benak saya, karena waktu itu saya terlibat langsung. Pada waktu PT Pos akan mencetak SS seri 600 tahun Laksamana Cheng Ho, kita sadar seri itu termasuk seri unggulan dan pasti akan laku keras. Oleh karenanya kita merencanakan akan mencetak sebanyak 50.000 set, dimana biasanya jumlah cetak SS hanya 30.000 set. Apa yang terjadi ?

Ketika filatelis banyak yang tahu jumlah cetaknya sebanyak 50.000 set banyak protes disana-sini bahkan ada wacana boikot segala. Terpaksa kita kembalikan ke jumlah cetak biasanya yaitu 30.000 set. Tentu saja banyak filatelis khususnya di daerah yang tidak kebagian, kita diprotes lagi. Karena bagaimanapun juga PT Pos lebih mengutamakan pelanggan tetap yang sudah memberikanj deposit ke perusahaan. Jadi sebagai solusi waktu itu kita anjurkan dan himbau filatelis daerah menjadi pelanggan tetap sehingga tetap memperoleh jatah benda filateli setiap penerbitan.

Hikmah yang bisa saya ambil, ternyata di komunitas filatelis sendiri tidak ada kesamaan konsep dan banyak perbedaan kepentingan. Sehingga aspirasi yang masuk ke PT Pos beragam dan bahkan bertentangan meski mereka sama-sama mengatas namakan filatelis.

Sekarang saya sudah tidak lagi berdinas di Unit Filateli, jadi saya tidak tahu persis bagaimana dunia persilatan di filateli saat ini. Yang jelas apa yang saya sampaikan ini adalah suara pribadi meski saya pegawai pos bukan suara institusi karena saya tidak mempunyai otoritas menyuarakan aspirasi insitusi saya. Terimakasih.

Subkhan.

HOME Petisi Filatelis