Kartu Pos Kuno Bukan Sekadar Dikoleksi

Pekan lalu, sejumlah wartawan Ibukota diundang ke Hotel JW Marriott Jakarta yang terletak di kawasan segitiga emas Kuningan, Jakarta Selatan. Selain menghadiri acara Pajamas Party yang jua dihadiri para pelanggan tetap hotel itu, para tamu juga diajak untuk mencoba kasur dan bantal yang terdapat di dalam kamar- kamar hotel JW Marriott Jakarta.

Melalui acara Revive New Bedding, seperti dikatakan general manager hotel tersebut Greg Allan, hotel itu menawarkan kenyamanan baru bagi para tamu yang menginap di hotel tersebut. Caranya antara lain dengan menggunakan kasur, bantal, dan guling, yang diisi dengan bulu angsa sehingga membuat tempat tidur menjadi semakin empuk dan nyaman.

Seusai acara, para tamu memang check in dan mencoba tempat tidur yang tersedia. Namun, yang menarik diamati dan dicoba bukan sekadar tempat tidurnya saja. Secara keseluruhan, penampilan kamar yang ada memang menarik dan membuat orang merasa nyaman.

Bagi para penggemar foto dan kartu pos kuno, surprise! Peralatan mandi yang ada dibungkus di dalam karton-karton yang bergambar reproduksi kartu pos kuno masa lalu Jakarta. Para kolektor kartu pos kuno yang menspesialisasikan pada koleksi kartu-kartu pos Jakarta tempo doeloe, tentu dapat segera menebak reproduksi gambar pada peralatan mandi hotel itu. Ya, itulah reproduksi dari kartu pos kuno bergambar Istana Presiden RI di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.

Pada masa lalu, tempat itu merupakan istana dari Gubernur Jenderal Hindia-Belanda dan diberi nama Paleis van den Gouverneur-Generaal yang terletak di kawasan Koningsplein (Lapangan Raja yang kini bernama Lapangan Monas) di Batavia. Istana itu telah tampil beberapa kali dalam kartu pos, bahkan termasuk kartu-kartu pos modern masa kini yang dijual di toko buku pun, masih ada yang menampilkan gambar istana tersebut. Jadi, tentu saja menarik bagi para kolektor kartu pos untuk melihat perkembangan gambar-gambar istana dari masa lalu sampai saat ini, mela- lui kartu-kartu pos yang dikoleksinya.

Keberadaan reproduksi gambar-gambar kartu pos kuno, memang merupakan salah satu cara untuk membantu mempromosikan hobi mengoleksi benda bersejarah itu. Selain reproduksi yang dilakukan hotel berbintang lima di Jakarta tersebut, cukup banyak pula perorangan atau perusahaan yang memang mereproduksi kartu pos bergambar kuno untuk berbagai macam benda.

Termasuk yang benar-benar mereproduksi dalam bentuk kartu pos kembali. Untuk yang terakhir ini, bisa dicatat nama Agus Leonardus. Dia dikenal sebagai salah satu fotografer andal yang berasal dari Yogyakarta dan telah berkali-kali memenangkan penghargaan dalam lomba foto.

Agus mereproduksi sejumlah kartu pos kuno, termasuk kartu pos bergambar yang gambarnya diambil dari iklan-iklan dari masa lalu. Kartu-kartu pos dengan gambar iklan kuno itu diberi nama Indonesia Old Advertisement-Iklan Tempo Doeloe. Kartu-kartu pos unik itu ternyata mendapat sambutan hangat para kolektor kartu pos.

[Foto-foto: Pembaruan/Berthold DHS]

Sejak Lama

Di Indonesia dan banyak negara lain, hobi mengoleksi kartu pos telah berkembang sejak lama. Namun sebagian besar masih merupakan bagian dari hobi fila- teli atau hobi mengumpul- kan prangko dan benda pos lainnya.

Kartu pos bergambar, terutama yang telah dipakai dan dikirim melalui kantor pos, serta kartu pos yang memang telah dicetak sekaligus dengan prangkonya sehingga orang yang menggunakan tak perlu menempelkan prangko lagi, memang merupakan bagian dari koleksi filateli.

Walaupun demikian, sebenarnya ada juga kolektor yang khusus mengoleksi kartu-kartu pos bergambar. Mereka lebih mengutamakan pada gambar yang ada di kartu pos itu, dan bukannya pada prangko atau cap (stempel) pos, seperti para kolektor yang mengumpulkan benda-benda filateli.

Ada kolektor yang mengumpulkan kartu-kartu pos berdasarkan tahun pembuatannya. Biasanya, secara umum kolektor membagi koleksi kartu pos dengan tiga kategori besar, yaitu kartu pos dari masa sebelum Perang Dunia (PD) II, koleksi kartu pos dari setelah PD II sampai runtuhnya tembok Berlin dan berakhirnya periode Perang Dingin Blok Barat dengan Blok Rusia yaitu sekitar akhir 1980-an, dan koleksi kartu pos modern yaitu dari awal 1990-an sampai saat ini.

Di Indonesia, sebagian kolektor membaginya dengan lebih ringkas. Pertama, koleksi kartu pos sampai Proklamasi Kemerdekaan RI di tahun 1945, dan kedua, koleksi kartu pos dari masa setelah 1945 sampai saat ini. Kartu-kartu pos dari periode pertama, sebelum 1945, memang lebih sukar dikumpulkan.

Harganya pun lebih mahal. Namun memilikinya, merupakan kebanggaan tersendiri. Hal itu, seperti disebutkan seorang kolektor, karena memiliki kartu pos bergambar kuno bukan sekadar koleksi biasa, namun merupakan koleksi benda bersejarah yang memuat gambar-gambar penting dalam perkembangan suatu kota atau negara. [B-8]

Source: Suara Pembaruan, Last modified: 30/11/06


HOME Filateli | Japan Indonesia Economic Forum | JIEF Economic Magazine | LongStay in Bali | Milis LowonganKerjadiJepang | BeaSiswa | New Product | Minidome
Copyright©RichardSusilo17112007