Prangko Pendudukan Banyak Yang Palsu?

TOKYO (LoveIndonesiaPhilately) - Minggu, 1 Mei 2005 jam 13.00 waktu Tokyo, tujuh filatelis senior bertemu di Tokyo, satu dari Indonesia, dua dari Belanda dan empat orang dari Belanda. Masing-masing Richard Susilo, Leo.B.Vosse, JR van Nieuwkerk, Saburo Masuyama, Masashi Tanaka, Toshiyuki Kobayashi dan Hashimoto-san.

Saling lihat koleksi masing-masing sangat mengasyikan sambil mengomentari berbagai hal mengenai filateli satu demi satu. Akhirnya terjadi transaksi jual beli satu sama lain dengan nilai sedikitnya 50000 yen atau sedikitnya US500.

Di tempat lain kedua filatelis Belanda yang bermalam selama 3 malam di Tokyo itu juga bertemu filatelis Jepang lain, Masayoshi Tsuchiya.

Dari pembicaraan para filatelis ini banyak terungkap berbagai hal menarik mengenai benda filateli masa pendudukan di Indonesia.

1. Banyak pemalsuan dilakukan terhadap prangko jaman pendudukan di Indonesia, baik dilakukan oleh orang Indonesia maupun termasuk pula oleh orang Jepang, khusus terhadap berbagai cap jaman kuno (kelihatan seperti cap antik sudah kuno tapi sebenarnya cap palsu).

2. Ada beberapa prangko yang jaman pendudukan (terutama high-value) yang belum pernah ditemukan di atas amplop atau kartupos kuno. Kalau pun ada dan asli, pasti sangat langka, satu atau dua saja di dunia.

3. Ada dua versi rute pos Jepang-Indonesia, satu versi militer yang lewat bagian timur Indonesia (Irian Jaya lalu masuk Indonesia ke sebelah barat) dan versi swasta, masuk dari tengah Indonesia, Kalimantan terus ke Jawa dan Sumatera atau ke Irian Jaya. Akibatnya, untuk pengiriman surat ke Jepang, misalnya. sering terlihat dua cap dari Indonesia (satu dari tempat asal dari dari tempat polling di Indonesia, barulah ke Jepang.

4. Cap jangkar jaman pendudukan Jepang sangat beragam. Cap jangkar di tahun dan kota tertentu di Indonesia dapat dikenali asli karena gambar jangkar bagian kiri terputus. Yang begini justru yang asli.

5. Satu bukti adanya pemalsuan pula (asli tapi palsu karena sengaja dibuat-buat), ada cap dari kota tertentu di Maluku yang menggunakan cap sama semua pada amplop atau kartupos tertentu. Padahal saat itu justru tidak memungkinkan cap yang banyak dan serupa pada waktu yang sama, karena keadaan darurat perang dan semua serba kacau, sehingga tidak memungkinkan pengecapan banyak dalam waktu yang sama.

6. Pemalsuan juga bisa dibuktikan lewat perforasi prangko yang di-match-kan dengan cap prangko yang tertera. Pada prangko tertentu dengan perforasi sekian sekian, tidak akan mungkin dan belum pernah ditemukan prangko used (sudah terpakai) dengan cap tertentu.

7. Banyak sekali benda filateli Indonesia di jaman pendudukan dahulu (Belanda maupun Jepang) yang sangat menarik dan dari sana kita dapat belajar banyak hal mengenai sejarah. Misalnya saja ada cap sensor yang diberikan beraneka ragam, baik bentuk, tulisan, warna, ketajaman isi tulisan, dan sebagainya. Selain cap sensor menggunakan hanko atau inkan (cap pribadi kecil yang bertuliskan nama keluarga) menggunakan nama Jepang, juga ada yang menggunakan karakter katakana. Penggunaan katakana umumnya orang asing, bukan orang Jepang dan ada nama Hara (ditulis dengan karakter katakana) diperkirakan nama orang Indonesia. Menjadi pertanyaan, apakah ada orang Indonesia mempunyai nama keluarga "Hara" ? Kalau orang Jepang memang ada nama keluarga "Hara". Kalau orang itu orang Jepang, mengapa dituliskan menggunakan karakter katakana? Bahasa Jepang menggunakan 3 karakter, Kanji (bahasa Cna), Katakana (untuk tulisan asing) dan hiragana. Banyak sekali hal menarik dari berbagai macam cap di jaman pendudukan di Indonesia dulu.

Menurut Vosse, tahun 2007 Club yang dipimpinnya Dai Nippon Filatelistenvereniging merayakan ulangtahunnya yang ke-30 dan sekitar Oktober akan menyelenggarakan pameran serta pertemuan filatelis dunia di Belanda. Undangan kepada kita semua yang mau hadir di pertemuan tersebut.

Saat ini pun Vosse sedang membuat buku sejarah perfilatelian dengan berbagai cap dan materi filateli saat pendudukan di Indonesia. Buku yang diperkirakan bertebal sekitar 500 halaman A4 itu akan terbit paling lambat tahun 2007.

Catatan: Kota mana, kapan, prangko apa dan identitas lain sengaja tidak disebutkan di sini untuk menghindarkan itikad tidak baik oknum tertentu yang mungkin saja membaca tulisan ini.


H O M E